Breaking Articles

Literasi Dan Protokol Kesehatan



Oleh: Mahdi Andela
Secara sederhana literasi diartikan sebagai suatu kemampuan dalam diri seseorang dalam hal membaca dan menulis. Kata membaca umumnya disebutkan lebih duluan daripada kata menulis. Mungkin karena orang lebih dulu membaca baru kemudian menulis. Rasanya tidak ada orang yang bisa menulis jika ia tidak pernah membaca. Orang yang banyak membaca akan lebih mudah dalam menulis. Mereka yang sedikit membaca akan mengalami kendala dalam menulis. Tidak tahu harus memulai dari mana.
Boleh dibilang membaca merupakan pekerjaan yang relatif gampang. Paling tidak, tidak sesulit menulis. Namun berbagai faktor dapat pula menyebabkan kemampuan membaca seseorang lama kelamaan terus menurun.
Barangkali semua kita merasakan bahwa di usia muda, saat masih SMA, membaca 3 sampai 4 halaman majalah cerpen atau novel tidak terasa. Namun seiring bertambahnya usia, kemampuan membaca kita kian menurun. Kondisi ini yang kemudian kerap menimbulkan persoalan.
Bagaimana tidak. Saat menerima pesan yang agak panjang, rasa malas membaca pun datang. Padahal terkadang informasi penting justru ada di ujung pesan. Tak ayal, pesan yang diterima pun menjadi tidak lengkap. Celakanya, informasi yang tidak lengkap ini kemudian diteruskan kepada orang lain. Disini lah awal mula kemunculan masalah. Akibat informasi yang diterima sepenggal-sepenggal lalu diteruskan (secara berantai pula) kepada orang lain.
Beruntung jika penerima pesan selanjutnya mau meluangkan sedikit waktu untuk melakukan check dan recheck terhadap kebenaran informasi yang diterimanya. Jika tidak, maka ia telah “menelan” informasi yang salah. Masih untung jika hanya dirinya saja yang menjadi korban. Namun kecenderungan di era teknologi dimana teknologi ada dalam genggaman, meneruskan pesan menjadi trend di tengah-tengah masyarakat kita. Tidak peduli apakah informasi itu sudah terverifikasi atau belum. Maka disinilah hoaks atau kabar bohong sering berpunca.
Jadi, jika mematuhi protokol kesehatan adalah upaya kita untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (covid-19), maka memasyarakatkan budaya literasi sejatinya merupakan bagian dari upaya kita memutus mata rantai penyebaran hoaks atau kabar bohong.
Salam.
#IndonesiaBicaraBaik

Penulis adalah Ketua DPP Generasi Muda Mathla’ul Anwar (Gema MA), Sekretaris BPC Perhimpunan Humas (Perhumas) Indonesia, Provinsi Aceh

2 komentar: