PON XXI dan Peluang Geliat Ekonomi
Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara tinggal menghitung hari. PON pertama yang diselenggarakan di dua provinsi ini akan digelar pada 8-20 September 2024.
Penyelenggaraan PON di dua provinsi awalnya direncanakan pada 2021 saat
PON XX di Papua. Saat itu, Papua
direncanakan berduet dengan Papua Barat menjadi tuan rumah PON namun batal
karena bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga.
Setelah PP 17/2007 direvisi, maka untuk pertama kalinya Pesta
olahraga multicabang terbesar di Indonesia itu akan digelar di dua
provinsi yakni Aceh dan Sumatera Utara. Pembukaan akan digelar di Aceh dan akan
ditutup di Sumatera Utara.
PON XXI 2024 Aceh-Sumut akan mempertandingkan 65 cabang
olahraga dengan 32 cabang olahraga digelar di Aceh dan 33 cabang olahraga
dipertandingkan di Sumut.
Selain menjadi PON pertama yang diselenggarakan di dua provinsi, PON XXI
juga akan menjadi yang perdana dengan peserta dari empat provinsi Daerah Otonom
Baru (DOB) di Papua yaitu Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan
Papua Barat Daya.
Kehadiran
berbagai event kegiatan apapun itu, termasuk
event olahraga seperti halnya PON XXI 2024 Aceh-Sumut dipastikan dapat meningkatkan
geliat ekonomi masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan tentu menjadi potensi
besar yang dapat menopang kehidupan masyarakat karena dari perhelatan ini tentu
ada banyak dampak hingga bisa menghadirkan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Tinggal
saja bagaimana masyarakat khususnya kalangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) di Aceh memanfaatkan peluang yang ada. Tidak hanya menjadi
penonton. Jika tidak, maka peluang emas ini akan diambil oleh ‘pemain’ luar.
Sudah saatnya
anak muda Aceh bangkit dari ‘kursi warkop-warkop’ selanjutnya memanfaatkan
peluang yang ada agar bisa menatap hari depan yang lebih baik kelak.
Segera
tinggalkan angan-angan dan mimpi-mimpi bahwa akan kaya dengan bermain game
online. Alih-alih akan mendapatkan penghasilan yang besar, masa depan suram malah
lebih perpeluang menghadang di ujung lorong usia yang kian meninggi.
Di
zaman teknologi digital ini berbagai ide bisnis ekonomi kreatif dengan semakin
mudah didapat. Berbagai resep kuliner kekinian yang digemari banyak orang kini
ada dalam genggaman. Tidak perlu membeli buku.
Bukan
rahasia, jika banyak Pemerintah Daerah yang menggelontorkan APBD (syukur-syukur
kalau ada dukungan APBN) untuk menggelar berbagai event bertaraf regional, nasional bahkan internasional yang membuat
berdatangannya banyak pengunjung dari daerah lain.
Memang
Pemerintah Daerah tidak secara langsung mendapatkan hasil dari anggaran yang
telah dikeluarkan untuk penyelenggaraan event,
tapi ketika peningkatan kunjungan wisatawan terjadi, hunian hotel/
penginapan meningkat, warung-warung ramai, roda ekonomi berputar, UMKM ber bergeliat,
dunia usaha dan industri bangkit, permintaan barang dan jasa tinggi, pendapatan
per kapita naik, maka daerah tentu meraih keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disamping
itu, perhelatan akbar yang berlangsung sukses juga akan dicatat dalam sejarah
dan menjadi pertaruhan harga diri, martabat, prestasi dan prestise bagi sebuah
daerah berikut para pejabat dan pemimpinnya, tentu saja.
PON XX
Papua
Pelaksanaan PON XX di Papua memberikan peluang pertumbuhan
ekonomi UMKM lokal. Mereka tidak hanya mempromosikan produk usahanya, tetapi
juga turut menyemarakkan ajang olahraga ini. Ratusan UMKM pun mendapatkan
binaan dari pemerintah daerah dan difasilitasi di venue-venue pertandingan PON.
Sebagai bentuk bantuan dari pemerintah, Pemerintah Daerah
bersama Bank Papua meluncurkan Program Kredit Papeda (Percepatan Akses Keuangan
Daerah) yang berbeda dari kredit perbankan lainnya, yaitu tanpa bunga, tanpa
biaya administrasi, dan tanpa biaya materai. Dalam hal ini Pemerintah Daerah memberikan
subsidi dalam pembayaran bunga.
Bank Papua mengalokasikan 5 milyar rupiah di tahun 2021 untuk
500 pelaku UMKM dengan maksimal plafon pinjaman sebesar 10 juta rupiah.
Program Papeda ini diprioritaskan untuk pelaku UMKM yang
kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank karena terkendala administrasi atau
persyaratan lainnya. Bagaimana dengan Aceh?
Tidak ada komentar